Sabtu, 07 Januari 2023

Sumba Dalam Kacamata Perfilman Indonesia


Sumba

Salah satu destinasi yang didambakan banyak orang ini menyimpan ragam pesona dan keunikan. Panorama Sumba yang rupawan berupa rumput savana yang memiliki warna berbeda di setiap musimnya menjadi suguhan yang memukau. Belum lagi bukit-bukit yang berundak-undak hampir di semua tempat di Sumba Timur. 

Pesona Sumba belum habis, sebagai salah satu pulau di daerah Nusa Tenggara Timur. Keindahan pantai Sumba memang tiada duanya. Pantai dengan pasir putih, laut yang berwarna toska, biru, hingga biru tua. Jarang jarang bisa melihat lautan toska yang indah. Dan semua itu ada di Sumba.... 

Tempat yang memberikan panorama keindahan, tak heran jika Sumba menjadi latar tempat pengambilan gambar beberapa film Indonesia. Saat masih kecil dulu, saya ingat salah satu film garapan Garin Nugroho bertajuk Angin Rumput Savana. Garin yang menggarap film tersebut dengan simbolik yang apik ditambah latar Sumba yang mengagumkan. Film yang saya tonton tahun 1997 ini sempat masuk nominasi penghargaan di Indonesia. 

Setelah itu, saya nyaris tidak melihat film-film berlatar Sumba hingga akhirnya tahun tahun di atas 2010an, beberapa film mulai melirik kembali Sumba untuk dijadikan layar tempat pengambilan gambar. Ada beberapa film yang sudah saya tonton dan membaginya dalam Sumba di kacamata perfilman Indonesia. 

  • Sumba yang Estetik dalam Pendekar Tongkat Mas

Ada film Pendekar Tongkat Mas yang mengeksplorasi Sumba dengan estetik vibes hingga ke desa-desa di pedalaman terasa sekali keindahan akan kultur Sumba. Film garapan Riri Reza ini membuat Sumba benar benar jadi sesuatu yang estetik dan benar-benar indah. 

Saat berkunjung ke Sumba, salah satu tempat yang dikunjungi adalah Bukit Morinda Villa dan Resto, berada di atas bukit. Pemandangan yang dihadirkan benar-benar membuat kita berdecak kagum, villa dan resto dikelilingi bukit-bukit yang tidak kalah indah. Benar-benar mengagumkan. Kalau kalian ada kesempatan ke Sumba menginap di Bukit Morinda Villa dan menikmati hidangan di Bukit Morinda Resto ini benar benar harus dicoba. 

  • Sumba yang Sebenarnya dalam Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak

Untuk melihat Sumba yang agak sedikit dark, Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak. Di film ini, Sumba terlihat benar-benar Sumba. Terlihat budaya Sumba mulai dari cara pemakaman, ternak di Sumba yang beragam, keadaan jalan di sana, padang rumput dan keadaan Sumba yang panas.

Jujur nih ya, tiga kali ke Sumba Timur, panasnya Sumba luar biasa. Tiga kali ke Sumba, sempat merasakan tiga musim yang berbeda. Musim hujan di mana rumput di Padang Savana yang menghijau indah, lalu kedua kali ke Sumba peralihan dari musim hujan ke musim kemarau di mana rumput-rumput di Padang Savana sudah mulai berwarna coklat kehijauan. Ke Sumba di kali ketiga saat musim kemarau, rerumputan sudah tak lagi coklat namun sudah berwarna abu-abu. Terlihat sangat eksotis namun panasnya terasa menyengat sekali. Makanya saat menyaksikan Film Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak suasana Sumba memang begitu adanya, panas terik, budaya yang kental dan kemiskinan yang terasa sekali. 

Bagusnya Film Marlina ini membuatnya mendapatkan penghargaan di dalam maupun luar negeri. Di Indonesia, dalam penghargaan FFI 2018 Marlina memborong 10 Piala Citra. 

  • Sumba yang Menghibur dalam Film Susah Sinyal

Untuk Sumba dalam sketsa komedi yang asyik dan menghibur, Film Susah Sinyal jadi salah satu film yang membuat Sumba menjadi menarik dari sudut pandang lain. Film yang digarap oleh Ernest Prakasa ini mampu menghadirkan keindahan Sumba sebagai tempat berlibur. 

Berkunjung ke Sumba, untuk urusan hotel dan akomodasi cukup memadai. Salah satu hotel yang saya tempati ketika berkunjung ke Sumba adalah Padadita Beach Hotel yang menurut saya hotel yang cukup keren di Sumba. Selain Padadita Beach Hotel, saya juga sempat menginap di Tanto Hotel yang menurut saya standar lah. 

Kembali ke Film Susah Sinyal, Sumba terlihat benar-benar jadi destinasi wisata yang patut untuk dikunjungi. Film bergenre komedi ini menghadirkan Sumba dari panorama satu ke panorama lain termasuk di dalamnya ada Pantai Walakiri yang tidak jauh dari Bandara Umbu Menang Kunda. Seperti yang saya bilang di awal, pantai-pantai di Sumba benar-benar indah dan  mengagumkan termasuk Pantai Walakiri. Khusus di Pantai ini ketika senja dan air surut pohon-pohon bakau terlihat indah dan menjadi spot foto yang keren. 

***

Kalau ditanya, apakah ingin ke Sumba lagi? Tentu saja iya. Kalau sebelumnya ke Sumba ada misi terkait kearifan lokal di sana. Untuk kunjungan berikutnya, saya ingin menikmati Sumba dalam kacamata Film Susah Sinyal walaupun sinyal susah tapi bahagia karena dapat mengeksplorasi Sumba lagi. Semoga ada waktu dan kesempatan lebih baik. Aamiin. 

Pertanyaan berikutnya” Jika kalian ditawari le Sumba. Ingin menikmati Sumba dari kacamata film apa?” Komentar yuuk! 


1 komentar:

  1. Aku baru sadar yg film susah sinyal itu di Sumba 😅. Udh lama bangr nontonnya, jadi jujur ga terlalu inget lokasi filmnya.

    Aku sebenernya pengen ksana mas, tapi memang lebih milih saat suhunya ga di musim kemarau. Aku ga kuat panas soalnya, bisa langsung sakit kalo terlalu panas 😣. Itu juga alasan kenapa aku menghindari liburan di tempat yg panas atau di saat summer kalo ke LN. Takut ga kuat.

    Temenku ada yg kerja di Sumba, di salah satu NGO, dan dari foto2nya cakeeeep banget. Sukaa sih kalo udh liat foto2 yg dia posting. Ya ampuuuun langit dan lautnya biruuuu banget ❤️❤️

    BalasHapus

Yuk Tukoni: Pahlawan UMKM di Masa Pandemi

  Yogyakarta Salah satu tempat yang pah papah selalu ingin kunjungi adalah Yogyakarta. Entah kenapa ketika baru menginjakkan kaki di tanah Y...