Kamis, 12 Januari 2023

Rujak Aceh di Tugu Kilometer 0 Indonesia Sabang Aceh

  • Solusi Sakit Kepala

Siapa di sini yang kalau pusing karena banyaknya tekanan pekerjaan pasti melarikan diri ke makanan-makanan pedas yang menyegarkan seperti bakso, seblak, rujak, asinan dan makanan lainnya. Kalau nanya ke mereka yang suka melarikan diri pada makanan yang pedas, Jawabannya adalah plong rasanya kalau sudah makan bakso atau makan rujak. Masalah yang tadi muncul berlipat-lipat sepertinya tidak ada apa-apanya dengan pedasnya bakso atau asemnya buah di rujak. Ada yang sama nggak sih dengan modelan begitu? 

Kalau dibilang makanan pedas tadi adalah solusi sakit kepala,  secara riset saya belum menemukan keterkaitannya. Tapi kalau dilihat, kandungan vitamin dan mineral dalam buah rujak atau kandungan vitamin C dalam sambal pada bakso membuat pikiran kembali fresh. Setidaknya asupan vitamin dan mineral yang terkuras akibat stres karena pekerjaan terpenuhi dengan makanan tersebut. Meskipun nih ya, analisa yang saya jabarkan di atas adalah analisa yang sotoy semata ha ha ha. 

Bisa juga dengan makan makanan pedas seperti bakso dan rujak, hormon endorphin alias hormon kebahagiaan akan naik sehingga hormon stress akibat kerjaan yang menumpuk dan deadline terlibas hormon endorphin. Karena salah satu hal yang membahagiakan dalam hidup ini adalah dapat menikmati makanan enak dan itu membahagiakan pastinya.

  • Rujak Aceh di Kilometer 0 Indonesia

Selesai menginap di bungalow pinggir laut yang menghadap Pulau Rubiah lalu paginya mencoba snorkeling seru di sekitar Pulau Rubiah, kami kemudian check out dan menuju ke Tugu Kilometer 0 Indonesia. Sebagai salah satu tempat yang harus dikunjungi kalau datang ke Sabang, menuju ke Tugu Kilometer 0 Indonesia tidaklah sulit. Jalanan yang agak sedikit menanjak dan berkelok, membelah hunian penduduk lokal kemudia membelah hutan menjadi pengalaman seru dan menarik. Belum lagi tingkah monyet-monyet saat membelah hutan yang terlihat bergelantungan atau berada di pinggir jalan melihat lalu lalang kendaraan yang tidak terlalu ramai.

Sampai di parkiran Tugu Kilometer 0 Indonesia, beberapa monyet menunggu pelancong meminta makanan. Menuju Tugu Kilometer 0 Indonesia, para pedagang pakaian bertuliskan Sabang sudah siap sedia menyambut. Di sela-sela pedagang pakaian ada pedagang rujak aceh yang juga menyambut. Terdapat buah unik mirip salak yang menjadi hiasan di gerobak rujaknya. Pertama kali berencana akan ke Aceh, teman yang asli orang Aceh menyarankan untuk mencoba rujak Aceh. Eh, kebetulan yang mengasyikkan... 

Usai mengunjungi Tugu Kilometer 0 Indonesia, lalu berfoto-foto sejenak. Kami kembali ke parkiran untuk melanjutkan perjalanan ke Kota Sabang. Namun sebelum benar-benar menuju parkir kami mengunjungi salah satu Rujak Aceh yang ada di sana

  • Buah Rumbia

Berbincang dengan tukang rujak dan menggali informasi lebih lanjut membuat saya tahu kalau salah satu bahan yang dipakai untuk rujak adalah buah Rumbia. Buah bersisik mirip salak dengan rasa getir untuk rumbia muda. Biasanya rumbia muda ini dipakai untuk campuran bumbu rujak. Kalau di Bogor atau tempat lainnya menggunakan pisang mentah sebagai campuran bumbu rujak, di Aceh ini menggunakan buah rumbia muda. Rasanya yang getir membuat rujak kaya akan rasa. 

Setelah aku cek and ricek Wikipedia mengenai buah ini ternyata rumbia atau dikenal juga dengan tanaman sagu merupakan  tanaman yang termasuk dalam keluarga palma. Tanaman ini merupakan penghasil tepung sagu. Di daerah lain, tanaman Rumbia ini memiliki nama yang berbeda-beda. Dearah Sumatera dan Sulawesi nama Rumbia bermacam-macam seperti rumbieu, rembie, rembi, rembiau, rambia, hambia, humbia, lumbia, rombia, rumpia . Di daerah Maluku dikenal sebagai ripia, lipia, lepia, lapia, lapaia, hula atau huda sedangkan di Jawa dikenal dengan ambulung, bulung. Jadi tanaman Rumbia ini cukup dikenal. Hanya penggunaan buahnya untuk campuran bumbu Rujak Aceh yang masih baru saya tahu. 

Saya pun mengamati pembuatan rujak, pertama daging buah rumbia, cabe dimasukkan dalam ulekan berukuran besar kemudian bumbu yang terdiri dari gula merah, kacang tanah dipadukan dalam ulekan setelah itu potongan buah seperti buah pepaya, nanas, jambu air, bengkuang, timun, mangga dan buah lainnya. Terlihat tidak jauh berbeda dengan pembuatan rujak di daerah lain, hanya penggunaan buah rumbia yang membedakan. 

  • Nikmatnya Rujak Aceh Kilometer 0 Indonesia

Berkunjung ke Sabang, kemudian melakukan snorkeling di pagi hari. Siangnya badan sedikit capek namun berkunjung ke Tugu Kilometer 0 Indonesia lalu menikmati rujak Aceh menjadi salah satu pengalaman indah dalam hidup ini. 

Saat mencoba rujak Aceh. Rasanya menyegarkan, perpaduan rasa manis, ada getir sekilas (tapi tak merusak rasa), pedasnya cabai dan manis serta ras asamnya buah membuat Rujak Aceh kaya citarasa nya. Rasa letih setelah snorkling terbayar tuntas ketika menikmati Rujak Aceh. 

Apabila ditanya, apakah ingin kembali ke Sabang Aceh? Saya pasti akan menjawab iya. Terbayang sudah pantai indah di Sabang, kedai kopi, snorkling, kuliner yang nikmat dan rujak Aceh yang menyegarkan. 


1 komentar:

  1. Ya ampuuuun mas , baca ini aku jadi kangeeeen banget Ama Aceh 😭. Aku orang Batak sih, tapi 18 THN tinggal di Lhokseumawe Aceh Utara, Krn papa kerja di sana dulu. Jadi aku udh cocoooook banget Ama kuliner Aceh termasuk rujak acehnya 😍😍. Sampe skr ini, setelah tinggal di JKT, aku ga Nemu rujak Aceh yg persis Ama rasa asli 😔. Rumbia itu memang buah yg langka sih kalo di luar Aceh. Susah banget nemuinnya. Banyak kuliner Aceh di JKT yg ga bisa sama persis kayak rasa di kota asal, Krn memang bahan2nya terbatas ditemuin

    BalasHapus

Yuk Tukoni: Pahlawan UMKM di Masa Pandemi

  Yogyakarta Salah satu tempat yang pah papah selalu ingin kunjungi adalah Yogyakarta. Entah kenapa ketika baru menginjakkan kaki di tanah Y...