Selasa, 24 Januari 2023

Suara Lato-lato

Lato-lato

Tak tak tak.... 

Tak tak tak.... 

Tak tak tak.... 

Suara lato-lato terdengar di mana-mana. Di sekitar komplek perumahan, di pasar, di taman bermain, di tempat kerja (tempat kerjanya sekolah), di warung, di transportasi umum, di mana-mana. Kadang tidak mengenal waktu, pagi buta, pagi jam 6-an, menjelang siang, siang terik, menjelang sore, saat sore, saat maghrib, hingga malam hari  suara lato-lato tuh sudah seperti momok, hadir terus menerus tak mengenal waktu. Suara lato-lato itu seperti ambisi akan dunia yang tiada habisnya. 

Setidaknya itu yang sedang saya rasakan, mengejar dunia,  mengikuti ambisi dan ekspektasi orang sehingga harus menggadaikan kesehatan mental. Jujur sih agak sulit untuk keluar dan mengukur semuanya sendiri sehingga masih berjibaku dengan urusan ambisi dan ekspektasi orang. Dan jujur (lagi), itu memperburuk kesehatan fisik dan kesehatan mental. Apalagi di kepala ini, sesuatu yang harusnya dipikirkan satu langkah malah dibabat habis beribu-ribu langkah padahal belum tentu semua itu terjadi. Yang akhirnya ribuan langkah pikiran itu menjadi kekhawatiran yang berlebih akan urusan hidup. 

Suara lato-lato yang terdengar hampir di setiap waktu itu seperti kebisingan akan banyak hal yang terjadi di dunia. Soal hukum yang tidak adil, soal kenaikan harga barang yang kadang di luar nalar, atau keributan-keributan artis yang viral hampir di semua platform sosial media. Bising. Dan itu muncul tanpa kenal waktu seolah hidup kita berjibaku pada kebisingan itu.... 

Sebenarnya apa sih yang dicari dalam sebuah kehidupan? Harta? Tahta? Atau Renata? Yang terakhir hanya jokes semata. Yang dicari dalam hidup tentu saja ketenangan dan kebahagiaan. Tak perlu mengelak. Tak perlu tergelak. Kesannya dia hal yang dicari dalam hidup itu adalah hal lumrah, namun menggapainya nyatanya tak mudah. Meskipun jika dibilang terlalu susah pun tidak. 

Saat otak tak henti mengirimkan pikiran-pikiran yang melebar, yang melangkah jauh, sebenarnya sudah saatnya kembali ke fitrah. Tidak selalu pikiran dipakai untuk menebak yang belum terjadi. Lantas, ada yang mengusik sanubari apakah harus terus begini mengikuti bisingnya kehidupan seperti mengikuti suara lato-lato yang bising, di mana-mana ada, tak kenal waktu. 

Sebenarnya sudah lama ingin berhenti. Untuk tak ikut andil dalam ambisi dan ekspektasi manusia seperti mereka. Tapi saya seperti tak berkutik, seolah terikat. Padahal saya paham, setiap manusia punya rezekinya masing-masing. Namun mungkin, karena tak yakin hingga kini saya belum bisa mengakhiri.... 

Pernah.... Seseorang yang kutemui di kala senja yang kemudian kita berbincang hingga larut malam. Dan tanpa diduga ia berkata, “Tinggal menunggu moment!” itu katanya. Dan saya mengangguk paham saya hanya menunggu moment. Tapi entah kapan waktunya! 

Suara lato-lato bukan penyebab. Saya bisa menahan kapan mendengarnya, di waktu kapan untuk menghentikannya. Tapi, yang membuat saya jengah adalah saya enggan ikut ambisi dan ekspektasi mereka. Bukan! Bukan karena saya tidak mampu. Tapi saya tahu, mereka bukan sebuah masa depan. Mereka tidak bisa menjamin seluas apapun loyal yang telah diberikan. Dan cerita-cerita perihal kekurangajaran mereka sudah mulai turun temurun terdengar. Jangan sampai giliran saya yang jadi korban (walau saya sadar, saya sudah jadi korban). 

Suara lato-lato bukan sebabnya kebisingan dalam hidup rupanya. Tapi kebisingan sesungguhnya adalah ambisi dan ekspektasi mereka. Saya pun berhati-hati. Jika sudah begini, ingin rasanya saya menepi di puncak bukit. Menikmati gorengan dan kopi panas sembari melihat pepohonan hijau di bukit-bukit. Tanpa ambisi dan ekspektasi! 


1 komentar:

  1. Setuju, suara lato2 buatku malah udh jadi biasa, saking banyaknya anak sekitaran rumah yg main, dan suaranya nembus sampai ke kamar , 🤣. Tapi lama2 toh kuping jadi biasa.

    Aku malah lebih ga nyaman kalo harus ada di keramaian manusia, yang bikin gerah dan pusing.

    Cerita di atas apa ttg sikut menyikut di kantor mas 😅? Kalo iya, saya pernah juga ngalamin begitu. Banyak orang berambisi utk naik ke posisi atas, tapi tega menyikut teman2. Untungnya saya memang ga berambisi utk naik. Krn yg saya kejar toh bukan karir, tapi sekedar tambahan income buat muasin hobi traveling 😁

    BalasHapus

Yuk Tukoni: Pahlawan UMKM di Masa Pandemi

  Yogyakarta Salah satu tempat yang pah papah selalu ingin kunjungi adalah Yogyakarta. Entah kenapa ketika baru menginjakkan kaki di tanah Y...