Sabtu, 21 Januari 2023

Mengejar Matahari Keisya Levronka dan Andi Rianto


Di sini ada satu kisah

Cerita tentang anak manusia

Menantang hidup bersama

Mencoba menggali makna cinta

Tetes air mata

Mengalir di sela derai tawa

Selamanya kita

Tak akan berhenti mengejar matahari

Lagu Mengejar Matahari yang dinyanyikan Ari Lasso rilis di tahun 2004 saya dengar saat masih kuliah. Saat itu, yang ada di pikiran saya adalah fokus kuliah dari pagi hingga sore, dari hari Senin hingga Sabtu. Kuliah di salah satu PTN di Bogor lumayan menyita waktu. Pagi sampai sore kuliah lalu dilanjut malamnya mengerjakan laporan yang ada hampir setiap hari. Belum lagi di sela-sela kuliah, saya mengikuti beberapa organisasi di kampus untuk memperoleh pengalaman lebih.

Dulu waktu kuliah, saya belum memikirkan perihal investasi, belum juga memikirkan untuk atur pola makan sehat. Yang ada di pikiran saya kuliah, atur makan sesuai budget yang ada. Maklum kiriman saya dibanding teman-teman lumayan jauh, bisa berbeda hingga 3 kali lipat.

Dulu waktu kuliah, saya juga tidak memikirkan untuk jalan-jalan ke mana. Nyobain makan enak di restoran bahkan hanya sekadar warung yang terkenal di kampus. Kiriman orangtua benar-benar saya maksimalkan cukup untuk makan, beli buku, ongkos ke kampus di Baranangsiang Bogor untuk praktikum hari Sabtu. Coba cari kerjaan part time nyatanya sulit mengingat waktu yang habis untuk kuliah dan berorganisasi.

Rasanya kalau diingat, kuliah saat itu benar-benar perjuangan. Internet belum secanggih sekarang. Satu-satunya chat yang lumayan rame adalah Yahoo Massenger, lalu sosial media yang hits saat itu adalah Friendster. Belum ada Facebook, Twitter, Instagram bahkan TikTok. Untuk blog saat itu sudah ada multiply.

Tahun-tahun itu, majalah dan koran yang masih meraja. Sebagai mahasiswa yang memiliki  hobi menulis saya coba mengirimkan tulisan saya ke redaksi walaupun belum satupun yang muncul. Beberapa kali ikut lomba menulis di kampus, saya menang lomba juara 2. Hadiahnya lumayan uang tunai 75 ribu yang saat itu bisa untuk makan 20-25 kali. 

Lanjut soal kuliah, tahun-tahun berikutnya masih sama. Fokus masih soal kuliah. Tidak ada uang lebih untuk traveling, tidak ada uang lebih untuk makan di restoran bahkan di restoran gerai ayam yang terkenal sekalipun. Yang salah satu bikin tercengang adalah saya belum pernah makan di Warung Padang. Kenapa begitu? Di pikiran saya, sebungkus nasi Padang harganya pasti mahal sekali padahal setelah mencoba ternyata harganya masih relevan di kantong.

Dulu, saat kuliah. Saya hanya fokus dari kossan ke kampus, ke markas organisasi. Untuk mengeksplorasi Bogor di weekend atau libur, selain waktu yang sulit ada perasaan takut untuk keluar dari zona nyaman. 

Meskipun begitu, saya tak pernah gentar. Tujuan utama saya merantau saat itu adalah lulus kuliah dengan nilai baik dan memuaskan. And I did it…. Saya tak akan pernah berhenti mengejar matahari.


Tajamnya pisau takkan sanggup

Goyahkan cinta antara kita

Menembus ruang dan waktu

Menyatu di dalam jiwaku

Tetes air mata

Mengalir di sela derai tawa

Selamanya kita

Tak akan berhenti mengejar terus mengejar matahari

Saat lagu Mengejar Matahari ini kembali dirilis dan dinyanyikan ulang oleh Keisya Levronka dan Andi Rianto, saya tercengang. Arransemen yang megah dari Andi Rianto ditambah suara uniknya Keisya menyatu di lagu ini. Lebih tercengang lagi, lagu ini sudah 19 tahun lalu rilis pertama kali. Yang itu berarti saya sudah tidak semuda dulu.

Sekarang saya sudah bekerja meskipun karir tsaya naik  turun dan tidak stabil, saya sudah menikmati banyak hal termasuk sudah traveling ke daerah daerah lain di Indonesia. Pulau Sumatera (termasuk Nias, Sabang, Belitung), Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Bali, Sumba dan semua wilayah di Pulau Jawa, Alhamdulillah sudah saya jelajahi. Cukup senang meskipun mimpi saya untuk ke luar negeri belumlah terwujud hingga sekarang.

Soal menikmati makanan, banyak restoran mewah sudah saya nikmati hidangannya. Sebagai food blogger, semua itu sudah terwujud hingga kini baik itu dibayar maupun beli sendiri. Semua yang tidak saya nikmati sewaktu kuliah dulu terwujud kini.

Soal investasi, saya juga sudah melakukannya dengan berinvestasi di beberapa bidang. Walaupun saya merasa sangat terlambat memulainya namun saya bahagia dapat melakukannya.

Tapi….

Di umur sekarang, overthinking makin menjadi-jadi. Kekhawatiran semakin tak terkendali. Semakin tak memiliki ambisi. Fokus saya ingin bahagia walaupun harus melawan itu semua. Tapi yang jelas, saya tetap tak akan berhenti mengejar terus mengejar matahari walaupun dalam pikiran yang berbeda, dalam rasa yang tidak sama dan dalam ruang, waktu dan dimensi yang sudah jauh berbeda.

Bahagia itu saja sudah cukup!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuk Tukoni: Pahlawan UMKM di Masa Pandemi

  Yogyakarta Salah satu tempat yang pah papah selalu ingin kunjungi adalah Yogyakarta. Entah kenapa ketika baru menginjakkan kaki di tanah Y...