Senin, 31 Januari 2022

Bakso Sony, Baksonya Orang Lampung


Bicara soal kuliner daerah, kayaknya emang nggak ada habisnya. Selain menghadirkan kuliner tradisional yang kaya akan keunikan dan kekhasan, setiap daerah juga menghadirkan kuliner umum yang bisa jadi primadona sebuah daerah.

Kuliner yang sempat heboh di tahun 2015an adalah kue kue artis yang menjadi oleh oleh khas sebuah daerah. Kue kue yang sekilas mirip dari kemasan, rasa dan pemasaran ini banyak diminati meski secara kekhasan, rasa dan kualitas masih jauh. Walhasil, kue kue artis yang bertebaran ini, kini hanya bertahan beberapa saja. Sisanya menghilang bahkan gulung tikar.

Entah terletak di mana salahnya, strategi kue kue artis ini seperti tidak bertaji menghadapi kuliner khas daerah setempat yang tak perlu kehebohan sesaat masih bertahan hingga kini.

Di Lampung kue Banana Foster milik Hengky Kurniawan sempat heboh sama halnya dengan kue kue artis di daerah lain. Sebagai orang Lampung yang berada di perantauan, saya pernah mencoba sekali kue ini. Kesan yang tidak membekas membuat saya tidak pernah membeli kue ini lagi. Meskipun Banana Foster masih bertahan namun euforianya tidak seheboh di awal 

Ngomongin soal kuliner khas Lampung yang bisa dijadikan oleh oleh tentu saja banyak. Keripik coklat, kopi Lampung, kemplang, bahkan pempek Lampung pun ada dan bisa dijadikan kuliner oleh oleh. 

Beberapa kuliner khas umum di Lampung yang hingga kini masih bertaji adalah bakso Sony. Ada lebih dari 5 gerai bakso Sony di Bandar Lampung, serta gerai-gerai lain. Kalau dibilang laris manis, setiap hari orang orang dari daerah Lampung maupun luar kota berdatangan untuk menikmati bakso legendaris ini.

Tidak banyak menu makanan yang ditawarkan di Bakso Sony, hanya bakso dan mie ayam plus bakso saja. Meskipun menunya sedikit, akan tetapi cita rasa bakso yang daging banget, gurih, padat membuat bakso ini digilai banyak orang. Selain makan di tempat atau untuk take away, bakso Sony juga menyediakan Frozen food berupa bakso plus bumbu kuah serta ragam pempek plus cukonya. Ragam Frozen food yang ditawarkan Bakso Sony ini juga digandrungi terutama masyarakat dari luar kota Bandar Lampung.

Meskipun kuliner bakso bukan kuliner khas dan secara umum ada di daerah daerah lain. Namun Bakso Sony mampu mengukuhkan eksistensi nya sebagai salah satu kuliner Lampung yang diminati hingga kini.

Mengapa ya bakso Sony diminati dan jadi salah satu kuliner legendaris di Lampung? Nanti akan saya bahas di postingan berikutnya. 

Selasa, 11 Januari 2022

Menjelajah Dunia

Wahai anak muda, segeralah mengepak tas dan jelajahi dunia, sebelum terlambat. Karena menurut survei, 75 persen orang di atas 35 tahun menyesal tidak sering liburan sewaktu muda.

 

Menjelajah dunia....

Rasanya mulai menuju usia seperti quote di atas, penyesalan akan urusan menjelajah mulai menyergap. Walau jujur ya, sebelum umur 35 tahun saya sudah menjelajah di berbagai tempat di Indonesia. Namun penyesalan yang mulai merasuk lebih ke kenapa tidak dari belia menjelah dan menanggalkan rasa takut.

Setelah lulus SMA dan merantau ke Kota Hujan untuk kuliah, hidup saya dipenuhi dengan belajar, berorganisasi. Keinginan menjelah belum ada sama sekali. Selain karena takut, saat itu uang bulanan yang dikirim orangtua pas sekali untuk makan.

Satu-satunya kesempatan menjelajah adalah saat melakukan field trip ke Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Saat itu, saya sempat ke Malioboro, Pantai Parangtritis, Semarang. Dan magang 4 bulan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Namun saat itu rasanya kurang puas karena menjelajah ya dibarengi dengan berkunjung ke beberapa tempat untuk belajar.

Setelah lulus dan mulai bekerja, saya nyaris tidak menjelajah. Setelah sekitar 3 tahun bekerja dan aktif ngeblog, saya mulai kembali mengikuti berbagai acara blogger di luar kota seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Solo, Malang, dan  Sidoarjo. 

Menjelajah kembali saya lakukan saat mengisi pelatihan ke daerah daerah dari sekolah tempat saya bekerja, saya menjelajah Nias, Medan, Belitung, Singkawang, Landak, Sambas, Sanggau Kalimantan Barat, Sumba NTT.

Karena sudah mulai percaya diri dan dapat menanggalkan ketakutan serta sudah mulai kuat secara finansial. Saya mulai berani untuk menjelajah meski kebanyakan dimulai di atas usia 30 tahun. Aceh, Padang, Bukittinggi, Palembang, Bandar Lampung, Bandung, Jakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Yogyakarta, Toraja, Makassar, Nias, Kalimantan Barat, Medan sudah saya jelajahi. Namun rasanya masih menyesal karena memulainya tidak dari awal. Tidak merencanakan dari awal termasuk menjelajah ke luar negeri.

Balik lagi ke quote di awal," Wahai anak muda, segeralah mengepak tas dan jelajahi dunia, sebelum terlambat. Karena menurut survei, 75 persen orang di atas 35 tahun menyesal tidak sering liburan sewaktu muda." 

Sudah saatnya kalian menjelajah! Menjelajah Indonesia maupun menjelajah dunia.....


 


Pasar Tradisional

 



Banyak yang bilang bahagia itu sederhana, melihat sesuatu yang kecil namun bermakna bisa jadi sumber kebahagiaan. Melakukan hal hal yang memiliki impact ke sekitar juga jadi sumber kebahagiaan. Atau melakukan tantangan tantangan yang memicu adrenalin juga bisa jadi sebuah kebahagiaan. Di sini kita bisa melihat kalau  sudut pandang kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda.

Kebahagiaan menurut saya adalah jalan jalan dan menikmati makanan favorit. Biasanya saya melakukan perjalanan ke luar kota, namun jika tidak memungkinkan saya akan melakukan perjalanan seharian di dalam kota lantas menikmati kuliner khas baik itu yang berada di pinggiran maupun di restauran.

Jika traveling ke luar kota, saya tidak hanya mengunjungi tempat wisata yang terkenal di sana. Namun juga, satu yang pasti saya kunjungi adalah pasar tradisional. Yap, pasar tradisional, saat berada di Pasar Tradisional saya seperti merasakan hawa Indonesia yang sesungguhnya. 

Di Pasar Tradisional, saya akan menemukan hal hal unik khas sebuah daerah, mulai dari hasil pangan khas daerah hingga jajanan jajanan unik khas daerah juga. Tidak hanya itu, di pasar tradisional saya merasa seperti ada energi positif yang mengalir dari para pedagang yang menjajakan dagangannya.

Dan energi positif yang mengalir itu berasal dari ibu ibu paruh baya yang menjajakan sayuran hasil panen dari kebunnya, atau bapak bapak tua yang menjajakan buah buah yang masih segar dari kebunnya. Atau nenek yang menjajakan kue tradisional yang diramu dari tangannya yang sudah dipenuhi keriput.

Saat berkunjung ke Kabupaten Landak di Kalimantan Barat, di dekat hotel tempat saya menginap, ada pasar tradisional yang tidak terlalu luas. Di pasar ini, para pedagang berangkat dari rumahnya yang menempuh waktu sekitar 2 jam. Dagangan yang dijajakan berupa sayur dan buah yang baru dipetik sehari sebelumnya.

Saat di Landak itu, saya juga menemukan buah buahan unik khas Kalimantan seperti buah lai sejenis durian berdaging jingga. Ada juga belimbing darah buah eksotis asli Kalimantan dengan rasa asam ini adalah buah buahan yang masih satu keluarga dengan buah menteng dan rambai.

Saat berkunjung ke Toraja, ada juga yang unik yaitu cabai. Cabai Lada Katokkan merupakan cabai khas Tana Toraja dengan tingkat kepedasan yang luar biasa pedasnya.

Saat berkunjung ke pasar pasar tradisional Jawa Tengah dan Yogyakarta, beragam camilan khas Jawa jadi pelipur kerinduan saya akan kampung halaman di Lampung. Kebetulan tempat tinggal saya di Lampung, banyak sekali masyarakat bersuku Jawa. Sehingga ketika berkunjung pasar pasar tradisional di kawasan Jawa Tengah dan Yogyakarta lalu menikmati makanan saya seperti kembali ke kampung halaman.

Banyak sekali hal hal yang unik yang diperoleh saat berkunjung ke Pasar Tradisional, namun yang jelas energi postif yang saya dapat mampu memulihkan energi diri untuk kembali memulai kehidupan yang kadang merisaukan.




Yuk Tukoni: Pahlawan UMKM di Masa Pandemi

  Yogyakarta Salah satu tempat yang pah papah selalu ingin kunjungi adalah Yogyakarta. Entah kenapa ketika baru menginjakkan kaki di tanah Y...