Kamis, 10 Agustus 2023

Belajar Memahami Lingkungan di Bumi Langit Yogyakarta

"Besok ke mana rutenya?" tanyaku saat tiba di penginapan. Sudah dua hari ini, daerah Kaliurang dan Sleman Yogyakarta puas saya dkk jelajahi. Muali dari museum, wisata budaya dan tentu saja aneka kuliner menarik yang tiada duanya. Daerah Kaliurang, banyak menyimpan tempat kuliner yang mantap dan luar biasa seperti Kopi Klotok, Warung Wedangan, Cengkir, dll. 

"Besok giliran Imogiri Bantul yang akan kita jelajahi, " jawab temanku.  Aku yang memang memplotkan waktu seminggu ini untuk menjelajah Yogyakarta puas terbayarkan dan itu kurasakan dua hari ini. Dan besok giliran Bantul dan Imogiri, buat aku penasaran tentunya. 

Pagi sekitar jam 7 pagi usai menikmati teh hangat yang disediakan pihak penginapan kami berangkat. Oh ya, aku dan teman-temanku sengaja ambil penginapan yang tidak menyediakan sarapan. Selain lebih hemat, salah satu tujuanku dan teman-teman adalah menikmati kuliner khas Yogyakarta. 

Di tengah perjalanan, kami mampir sejenak untuk sarapan soto di sekitaran Jalan Bantul. Aduh ini nikmatnya luar biasa, mana murah sekali.... 

Menjelang siang, mobil yang kami naiki akhirnya singgah di Bumi Langit Yogyakarta. Setelah melewati jalanan menanjak di area Imogiri Bantul dengan pemandangan kiri kanan hutan dan kebun. 

Nuansa asri menjadi pemandangan yang kami dapatkan di awal. Restoran Bumi Langit dengan bangunan joglo. Bangku dan meja dari kayu tersusun rapi, karena Bumi Langit berada di ketinggian. Kota Yogyakarta terlihat cukup jelas dari Bumi Langit. 

Sebelum kami menikmati hidangan farm to table di restoran Bumi Langit, kami berkeliling kebun perma culture Bumi Langit. 

"Bahan-bahan yang digunakan di Restoran Bumi Langit diambil dari kebun Perma culture," jelas Pak Iskandar Waworuntu pemilik Bumi Langit. 

Sembari melihat tanaman hias seperti bunga bersanding dengan tanaman sayuran dan buah-buahan seperti arbei, pepaya terlihat begitu harmoni. Ada juga kandang ayam, kambing dan sapi yang dibuat dengan sistem terbuka sehingga membuat hewan-hewan tersebut bebas meskipun ada dalam kandang. 

Pengolahan sampah sisa bahan pangan dan sisa makanan di restoran dilakukan secara sistematis menjadi pupuk kompos yang kembali menjadi bahan penyubur tanaman. 

Lebih jauh dan lebih dalam, dalam diskusi saat menunggu hidangan yang kami pesan datang. Bapak Iskandar menjelaskan bahwa makanan manusia sekarang telah bergeser begitu parahnya dari makanan real ke makanan-makanan olahan. Nasi putih yang kita nikmati, aneka biskuit, saos, bumbu penyedap dll. Pergeseran demi pergeseran yang terjadi tersebut sudah mulai jauh dari Sunatullah yang ada. 

Hidangan kami datang, nasi merah dari hasil kebun, sayuran kacang panjang dan tempe, ayam goreng, kerupuk yang terbuat dari singkong menjadi hidangan yang nikmatnya bukan main. 

"Banyaknya penyakit yang muncul sekarang ini, salah satu penyebabnya adalah pergeseran makanan manusia yang cenderung kapitalis, tidak menghargai lingkungan dan cenderung merusak lingkungan," jelas Pak Iskandar. 

"Sosis yang kalian kerap makan. Yang hakikatnya dimakan untuk keadaan darurat kini jadi makanan keseharian. Padahal dalam memproduksi sosis menggunakan energi lingkungan yang banyak seperti air. Untuk itu perlu bijak dalam memilah-milih makanan."

"Makanan yang digoreng yang kebanyakan muncul di era sekarang. Mau tidak mau membuat produksi kelapa sawit meningkat sehingga lahan sawit kembali dibuka. Masalah yang terjadi hutan di Indonesia dibuka dan rusak untuk ditanami kelapa sawit. Kita berperan dalam hal tersebut."



Sambil menyuap nasi merah dengan sayur kacang. Saya memahami kalau urusan menjaga lingkungan bukan urusan pemerintah namun urusan kita juga. Dan semua itu dapat dimulai dengan mengubah isi piring yang ada.... 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yuk Tukoni: Pahlawan UMKM di Masa Pandemi

  Yogyakarta Salah satu tempat yang pah papah selalu ingin kunjungi adalah Yogyakarta. Entah kenapa ketika baru menginjakkan kaki di tanah Y...